Rabu, 25 Juni 2014

Dari Cerita Sosiologi Ke Talcot Parsons


Tulis, tulisan, penulisan, menulis, karangan, lah aku pusing saya lebih suka membaca cerpen dari pada harus menulis karangan tetapi mau bagaimana lagi jika saya tidak menulis saya tidak dapat nilai, jika saya tidak dapat nilai saya gagal dan harus mengulang, jika hal seperti itu terjadi maka kuliah saya akan terhambat atau tidak selasai-selesai dan jika seperti itu saya membuat orang tua saya kecewa, karena saya diberi amanah untuk cepat menyelesaikan kuliah, jika saya gagal dalam melaksanakan amanah maka saya berdosa, jika saya berbuat dosa maka saya masuk neraka, memang sangat mengerikan pada akhirnya bila saya tidak menulis untuk dapat nilai, maka dengan tulisan ini saya menyatakan menulis tugas untuk dapat nilai dengan maksud agar tidak masuk neraka. (saya mulai lebih bingung).
Saya perhatikan lebih dengan seksama lagi paragraf pertama aneh yang saya buat diatas, kemudian saya simpulkan bahwa paragraf diatas itu merupakan serangkaian sebab akibat maka hal itu merupakan sebuah sistem yang satu dengan yang lainnya saling terhubung  maka bila satu sebab tidak ada maka akan berpengaruh pada akibat-akibatnya dan bisa jadi akibatnya pun tidak pernah terjadi (tidak ada).
Kemudian saya mulai berfikir lagi tentang suatu sistem apabila kita terus-terusan mencari suatu sebab dan akibat maka semua itu pada akhirnya juga kembali kepada Tuhan,  lalu sebab akibat itu pasti ada yang namanya persoalan atau masalah, dan jika saya menyalahkan suatu sebab atau akibat maka hal itu juga akan terhubung dengan yang lainya, sebagai contoh susunan panitia dalam suatu organisasi yang sedang mengadakan kegiatan tentu mempunyai yang namanya susunan panitia, di susunan panitia tersebut pasti terbagi-bagi menjadi beberapa bidang atau devisi, dari susunan panitia itu maka akan ada sistem karena ketua, sekretaris, bendahara, dsb itu saling terhubung satu dengan yang lainnya, maka suatu susunan itu pasti ada suatu sistem dan sistem itu pasti melekat.
Membahas suatu susunan dan sistem nya yang melekat tentu dalam kehidupan berorganisasi kita tidak boleh saling menyalahkan karena jika salah satu bidang menyalahkan bidang yang lain tentu bidang yang disalahkan tidak mau pasti salah satunya dengan alasan sebab akibat, maka untuk hal ini kita harus menggambil sikap yaitu tidak boleh saling menyalahkan, meskipun salah benar itu pasti ada, saya memang harus seperti ini lah seorang sosiolog tidak boleh langsung menyalahkan tanpa tahu sebab akibatnya.
Berbicara tentang sosiologi saya ingat kata-kata bapak Soejono Soekanto yang saya kutip dari bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi, beliau berkata “sosiologi tidaklah bertujuan untuk membentuk manusia-manusia yang bijaksana dan selalu baik dalam tindakan-tindakannya, tetapi untuk membuka mata agar mereka memperhitungkan akibat dari segalanya”. Dari perkataan beliau tersebut juga jelas bahwa sosiologi bukanlah ilmu yang bisa langsung manggambil kesimpulan salah dan benar tetapi juga memperhitungkan sebab akibat nya pula.
Teringat suatu hal bahwa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang saya cintai ini menggunakan paradigma integrasi-interkoneksi yang pelopornya itu bapak Amin Abdullah (dosen favorit saya, sebab penyampaian beliau begitu jelas), yang sepemahaman saya itu menggambil suatu apapun dengan banyak perspektif atau tidak bisa kita hanya memandang sesuatu dengan satu perspektif karena akan sempit sekali dan pada akhirnya juga yang di dapat salah benar tanpa perhitungan sebab akibat.  
Tetapi waktu kemarin-kemarin itu mas Yaser Arafat, lah maaf maksud saya bapak Yaser Arafat (bapak, karena sudah punya istri) mengatakan bahwa jika kita menggambil semua perspektif maka pada saat skripsi tidak akan selesai-selesai, satu skripsi saja yang dengan satu perspektif bisa berbulan-bulan lamanya dalam penyelesaian apalagi dalam banyak perspektif maka bisa bertahun-tahun, ini juga masalah yang harus saya fikirkan karena saya itu ingin membuat satu skripsi dengan banyak perspektif, agar banyak sekali jankauan ilmu yang dipelajari, serta agar tidak menyimpulakan benar salah saja tanpa memandang sebab akibat dan mengingat amanah dari orang tua saya yang harus cepat selesai kuliah, dan apa mungkin satu skripsi bisa cepat selesai dengan banyak perspektif? Dan apa mungkin satu skripsi menggunakan banyak perspektif? Ini masalah yang harus saya pecahkan.
Membahas yang namanya perspektif kemungkinan besar bahwa satu teori dengan teori lainnya akan sangat berbeda sebab suatu teori muncul karena latar belakang yang berbeda-beda pula maka dalam sosiologi ada pembagian teori-teori menurut sosiologi struktural yaitu:
1.     Struktural fungsional
Yaitu suatu teori yang banyak menggambil persoalan tentang fungsi, asumsi atau dasarnya paradigma ini tentang masyarakat:
1.     Tiap-tiap masyarakat merupakan struktur yang terdiri dari unsur-unsur yang relatif stabil dan mantap
2.     Tiap-tiap masyarakat merupakan struktur yang unsur-unsurnya berintegrasi satu sama lain
3.     Tiap-tiap masyarakat mempunyai fungsi dalam arti berfungsi menyumbang ketahanan dan kelestarian sistem
4.     Tiap-tiap struktur yang fungsional tersebut dibangun berdasarkan kesesuaian paham (consensus) antara anggotanya mengenai nilai-nilai atau sesuatu tertentu.
Sedang pengertian dari fungsi itu sendiri adalah kumpulan dari berbagai kegiatan yang semuanya itu saling teratur yang bertujuan mengarah kapada pemenuhan kebutuhan sistem, Perkataan fungsi juga  digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, menunjukkan kepada aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan hidupnya , fungsi juga menunjuk pada proses yang sedang atau yang akan berlangsung, yaitu menunjukkan pada benda tertentu yang merupakan fungsi elemen atau bagian dari proses tersebut, sehingga terdapat perkataan masih berfungsi atau tidak berfungsi.
Dari ciri-ciri tersebut maka dapat di simpulkan bahwa teori-teori yang masuk dalam struktural fungsional diantaranya ada teori dari Talcot Parsons dan menurutnya ada empat fungsi yang mutlak yaitu AGIL, maksudnya:
1.     (A) adalah adaptation
Adaptation ini fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dari sistem tersebut, sebagai contoh nya suatu pabrik atau industri kecil-kecilan yang memproduksi batik dengan membuat motif itu langsung dengan tangan (digambar tangan) akan tersisih karena ada nya modernisasi alat produksi yang menggunakan mesin cetak, maka pabrik ini akan berubah menjadi pabrik tekstil yang memproduksi kain batik dengan mesin cetak, agar bisa memenuhi tuntuntan zaman, ini lah yang di maksud dengan adaptation yang menyesuaikan diri dengan keadaan.

2.     (G) adalah Goal Attainment  (Tujuan)
Dalam sisitem pasti ada tujuan yang ingin dicapai dan tujuan biasanya selaras dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat sekitarnya, contohnya industri kecil-kecilan yang berubah menjadi pabrik tekstil tadi ingin mensejahterakan pekerjanya maka menggaji mereka dengan upah tinggi tentu harus dibarengi dengan kualitasnya pula, agar bisa terkenal dan terjamin, dan bisa diipercaya oleh para konsumen, ini lah yang dimaksud dengan tujuan.

3.     (I) adalah Integration (integrasi; hubungan)
fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka mengatur hubungan bagian-bagian dalam komponen sistem tersebut dan pelaku-pelaku yang berada di dalamnya, misalnya dalam pabrik tekstil para pekerjanya tidak ada hubungan baik dengan pekerja lainnya, maupun atasan dengan bawahan tidak ada timbal balik yang baik maka para pekerja tidak bisa beradaptasi dengan baik pula kemudian tujuan dari pabrik tersebut tidak bisa terlaksana, bisa dibilang bahwa integration inilah yang paling pokok dalam “AGIL”, maka di dalam suatu kehidupan juga harus membangun komunikasi yang baik

4.     (L) adalah Latency (pengontrol)
fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun pola-pola kulturalnya, contohnya di dalam pabrik tekstil tadi pekerjanya tidak memiliki budaya atau kebiasaan yang baik maka proses integration, adaptation maupun goal tidak bisa di laksanakan dengan baik, sederhananya latency ini adalah bahan pokok dalam mengolah integration.
 Agar dapat tetap bertahan, maka suatu sistim harus mempunyai keempat fungsi ini. Parson mendisain skema AGIL ini untuk digunakan di semua tingkat dalam sistim teorinya, yang aplikasinya adalah sebagai berikut :
1.     Organisme perilaku adalah sistim tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal.
2.     Sistim kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistim dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya.
3.     Sistim sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
4.     Sistim kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.
Daftar pustaka
Sarip Hasan.Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons.Dalam.http://saripuddin.wordpress.com/fungsionalisme-struktural-talcott-parsons/. 09-06-2014.
Luminar Hernawati.Fungsional Struktural.Dalam.http://luminarhernawati.blogspot.com/2013/05/talcott-parsons.html . 09-06-2014.
Rendra Sulistiyono.Belajar Sosiologi.Dalam.http://sinausosiologi.blogspot.com/2012/06/teori-struktural-fungsional-talcot.html .09-06-2014.
Fery Roen.Talcot Parsons:Teori Struktural Fungsional.Dalam. http://perilakuorganisasi.com/talcott-parsons-teori-struktur-fungsional.html. 09-06-2014.