Selasa, 24 Juni 2014

Islam Sebagai keyakinan dan Islam Sebagai Ilmu

A.    Latar Belakang
Islam menurut Syikh Mahmud Syaltut adalah agama Allah yanag diperintahkan untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-peraturannya kepada Nabi Muhammad SAW, Dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.
Ilmu adalah segala pengetahuan yang bersifat universal dan harus substansi yang akan terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Ilmu lama atau paradigma lama bisa saja ditolak ketika ada sebuah para digma baru yang lebih meyakinkan karna ada bukti-bukti yang lebih konkrit dan ilmiah.
Umat Islam pada dasarnya memiliki keyakinan yang sama bahwa mereka mempercayai Tuhan Yang Maha Esa adalah Allah SWT. Dalam pemahaman terhadap Tuhan, di dalam pemikiran umat Islam sendiri mempunyai banyak pemahaman yang berbeda, selain itu mereka memahami bahwa Tuhan berlaku sama seperti makhluk lainnya yang mempunyai kebutuhan biologis dan sebagainya.
Adapun pengilmuan islam  menuju paradigma islam  atau islam sebagai ilmu. Bahwa akan dikemukakan dalam makalah ini, yaitu perlunya pengilmuan islam, orang islam harus melihat realitas melalui islam, dan eksistensi humaniora dalam Al-Qur’an.  Pertama, perlunya islam sebagai teks (Al-Qur’an dan As-Sunnah) untuk dihadapkan kepada realitas, baik realitas sehari-hari maupun realitas ilmiah. Dengan kata lain dari teks ke konteks. Dalam ilmu berarti, bahwa gerakan intlektual islam harus melangkah ke arah pengilmuan islam.
Kedua. Sebab orang islam harus melihat realita melalui islam adalah “paradigma Al-Qur’an untuk merumuskan teori” adalah udangan untuk menjadikan postulat normatif agama (Qur’an dan Sunah) menjadi ilmu. Seperti di ketahui, ilmu di dapatkan melalui konstruksi pengalaman sehari-hari secara terorganisir dan sistematis. Karena, norma agama sebagai pengalaman manusia juga dapat dikonstruksikan menjadi ilmu.   
B.     Pembahasan
a.      Islam sebagai keyakinan
Untuk membahas lebih lanjut alangkah baiknya kita uraikan sedikit demi sedikit apa itu Islam.
Islam berasal dari bahasa Arab, Islam yang artinya tunduk,taat, dan patuh kepada perintah Allah SWT, salima yang artinya selamat dan sejahtera, dan dari kata silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri.
Menurut Khurshid Ahmad dalam bukunya Prinsi-prinsip Pokok Islam, memberikan definisi bahwa Islam adalah penyerahan diri dan kepatuhan secara total kepada Allah, sehingga akan mempeeroleh kedamaian sejati, baik kedamaian jasmani maupun rohani.
Banyak sekali definisi-definisi Islam akan tetapi alangkah baiknya kembali ke Al-Qur’an dan Hadist dan menurut hadist riwayat Muslim maka Islam adalah engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya.
Sedangkan keyakinan itu adalah tidak adanya keraguan di dalam hati, maka jelas maksudnya itu adalah Iman sedang pengertian Iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.
Islam ibarat sebuah bangunan, sedangkan akidah merupakan dasar atau pondasi yang urgen bagi berdirinya bangunan islam secara keseluruhan, kuat lemahnya bangunan tergantung pada pondasinya. Meskipun bangunan itu terbuat dri besi dn beton, namun jika pondasinya terbuat dari kayu-kayu yang rapuh, maka bangunan yang kuat tadi akan menjadi bangunan yang mudah roboh.
Dari ungkapan ini, terdengar batapa pentingnya akidah dalam kehidupan manusia dan untuk mewujudkan akidah sebagai pegangan hidup, penting bagi kita untuk memilih pemahaman yang benar terhadap akidah, karena kesalahan memahami akidah akan berimplikasi pada caraa pandang dan menetukan tujuan hidup.[1]
Allah SWT menetapkan Islam menjadi agama yang diridhoi agar diyakini oleh yang mengimani-nya. Ketika sudah memilih Islam sebagai agamanya dalam berkehidupan, maka seharusnya tidak dipermainkan sesuai keinginannya. Kehendak-Nya yang telah menetapkan Islam untuk diyakini oleh orang-orang yang beriman. Jadi, tak patut bila Islam adalah agama-Nya belum diyakini sebagai agama yang dapat menyelamatkan dirinya (kaum mukmin).
Konsekuensi dari pemilihan kepada Islam sebagai agama yang diyakininya adalah membenarkan firman Allah di dalam al-Quran yang sudah memberitakan akan kedudukan agama-Nya sebagai yang paling sempurna dan diridhoi. Jadi, berketetapan memilih Islam itu berkonsekuensi dalam kehidupan di dunia. Keadaan keyakinan memilih Islam akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak oleh Dia Yang Memiliki Islam sebagai agama-nya. Maka, bersungguh-sungguhlah ketika anda menyatakan diri sebagai orang muslim.
Karena Islam bukan dilahirkan oleh manusia, maka keyakinan akan keberadaan-Nya tidak dapat terbantahkan bila siapapun yang sudah berketetapan memeluk Islam sebagai agamanya. Untuk itu, Islam dipilih bukan oleh keinginan akal selain diperkuat oleh keyakinan akan kebenaran ada-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, Islam itu adalah agama yang diyakini kebenarannya sebagai agama terpilih oleh Allah Yang Maha Ghaib. Kemahaghaiban-nya tidak dapat dijangkau oleh akal yang sangat serba terbatas tanpa didukung oleh keyakinan dirinya atas kehadiran dia di hadirat-nya.[2]
Keyakinan keagamaan adalah dasar bagi suatu peradaban yang dibangun atas sendi-sendi keagamaan, sebab dalam hal ini tidak ada hal lain yang bisa dijadikan pilar, kecuali iman yang mengatur seluruh persoalan keagamaan dan sekaligus kehidupan duniawi. Akan halnya peradaban yang tidak dibangun atas asas keagamaan, maka disitu keyakinan agama dipisahkan secara tegas dari keyakinan duniawi, dan tidak ada pengaruh sedikit pun bagi agama dalam kehidupan individu maupun masyarakat.[3]
Hal yang paling pokok dalam agama ini yang membedakannya dengan agama-agama lainnya adalah keyakinan kepada keesaan Allah SWT, kepamungkasan Nabi Muhammad Saw dan ajaran murni tauhid, keyakinan kepada Islam, maksudnya bahwa apa yang diperintahkan dan diajarkan oleh agama islam lewat Nabi muhammad SAW harus kita imani atau yakini dengan bentuk implementasi dalam kehidupan sehari-hari, ini yang penulis sebut dengan islam sebagai keyakinan

b.      Islam sebagai Ilmu
Ilmu adalah suatu pengetahuan termasuk ilmu/pengetahuan ilmiah apabila pengetahuan itu dan cara memperolehnya telah memenuhi syarat-syarat dasar pembenaran,sistematik dan intersubjektif. Dan sifat-sifat ilmu yang penting itu mencakup Universal, dapat dikomunikasikan (communicable) dan progresif.
Pengilmuan islam atau paradigma islam dan islam sebagai ilmu adalah tiga istilah yang menjadi trademark pemikiran-pemikiran Kuntowijoyo mengenai perkembangan pengetahuan dan sains kontemporer. Sementara “Pengilmuan Islam” adalah proses dan “Paradigma Islam” sebagai hasil, maka “Islam sebagai ilmu” adalah proses dan hasil-nya.
Dalam peristilahan islam adalah rahmat bagi seluruh alam dan seluruh manusia, sehingga sifat inilah yang melingkupi keseluruhan ajarannya. Titik tekannya pada penyempurnaan akhlak. Misi penting inilah yang menjadikan berbeda dengan agama selain Islam, sementara banyak orang ketika melihat agama bisa dipastikan memakai paradigma agama selain Islam termasuk umat Islam sendiri. Akibatnya pada awal perkembangan Islam (masa awal kenabian Muhammad dan Dinasti Abbasiya dan Umayyah) tidak terjadi masalah. Tetapi terjadi masalah ketika terjadi penjajahan di negara-negara muslim. Sehingga terjadi penyempitan makna Islam dan istilah-istilah dalam Islam/termasuk Arab. Yang muncul pada akhirnya pemisahan agama terhadap ilmu dan sebaliknya. Muncullah istilah Madrasah disempitkan berarti sekolah yang mengajarkan agama saja, sementara sekolah pelajaran agamanya sedikit. Perdebatan antara ilmu dan agama sampai saat ini masi dan akan terjadi, hal ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya beragam agama, baik agama samawi maupunn ardli.
Dari sisi agama samawi-pun masih juga ada masalah karena kriteria masing-masing agama samawi juga ada perbedaan dalam gradasi antara ibadah mu’amalah dan ibadah ritual. Gradasi yang sangan kuat terletak pada agama islam, sehingga memunculkan istilah islamisasi ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Ismail Raji’ Al Faruqi, Naquib Al Attas dan Kuntowijoyo (ilmu profetik). Dalam hal ini ada pendapat menarik dari seorang ulama dari Iran menyatakan dalam Al-Quran perbandingan antara ayat muamalah (ibadah sosial) dengan ayat berkaitan ibadah ritual (ibadah vertikal dengan Allah) adalah 100 ayat berbanding 1 ayat.
Kesimpulan awalnya bahwa Islam (Qur’an dan Sunnah) adalah agama untuk orang hidup, maka implikasinya Qur’an dan Sunnah mengandung banyak ilmu keduniaan (epistemologi, aksiologi, ontologi dan lainnya). Coba kita lacak dari Surat Yasin saja, akan muncul ilmu pertanian dan derivasinya (ilmu tanah, ilmu untuk mengawinkan tanaman, ilmu berkaitan dengan air hujan, sampai teknologi pertanian). Surat Yasin ayat 33-36, menunjukkan hal tersebut.
               1.            Paradigma Al-Qur’an untuk merumuskan teori
Dalam pengertiannya mengarah ke pada paradigma al-quran berarti suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas sebagaiman al-quran memahaminya. Konstruksi pengetahuan itu dibangun oleh al-quran pertama-tama dengan tujuan agar kita memiliki hikmah yang atas dasar itu dapat dibentuk perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai normatif  al-quran, baik pada level moral maupun pada level sosial. Tetapi, rupanya konstruksi pengetahuan itu juga memungkinkan kita untuk merumuskan desain besar mengenai sistem Islam, termasuk dalam hal sistem ilmu pengetahuannya. Jadi, disamping memberikan gambaran aksiologis, paradigma al-quran juga berfungsi untuk memberikan wawasan epistemologis. [4]
               2.            Islamisasi ilmu pengetahuan
Kini kita sampai pada uraian yang menggambarkan praktek islamisasi ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini terdapat sejumlah pendekatan yang dapat digunakan.
            Pertama,islamisasi dapat dilakukan dengan cara menjadikan islam sebagai landasan penggunaan ilmu pengetahuan, tanpa mempersalahkan aspek ontologis dan epistemologis ilmu pengetahuan tersebut. Dengan kata lain ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dipermasalahkan. Yang dipermasalahkan adalah orang yang mempergunakannya. Cara melihat bahwa islamisasi ilmu pengetahuan hanya sebagai penerapan etika islam dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan kriteria pemilihan suatu jenis ilmu pengetahuan yang akan dikembangkannya. Islamisasi ilmu pengetahuan yang demikian itu didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan adalah bebas nilai. Konsekuensi logisnya mereka menganggap mustahilnya ilmu pengetahuan islam, sebagaimana mustahilnya pemunculan ilmu pengetahuan marxistis.
            Kedua,islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui penerapan konsep tauhid dalam arti seluas-luasnya. Tauhid bukan hanya dipahami secara teosentris, yaitu mempercayai dan meyakini adanya tuhan dengan segala sifat kesempurnaan yang dimilikinya serta jauh dari sifat-sifat yang tidak sempurna, melainkan tauhid yang melihat bahwa antara manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, dan manusia dengan segenap ciptaan tuhan lainnya adalah merupakan satu kesatuan yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi, dan semua itu merupakan wujud dari kekuasaan dan kebesaran tuhan.[5]



C.    KESIMPULAN
Dari urain singkat di atas sebagaimana sebagaimana telah dijelaskan bahwasanya islam sebagai keyakinan adalah bisa dikatakan produk dari Tuhan yang tidak boleh diingkari,ditolak,dan bahkan tidak mungkin salah, maka mana yang menjadi perintahnya harus dikerjakan dan mana yang menjadi larangnnya harus ditinggalkan. Artinya dalam islam suatu yang dikatakan paling benar adalah apa yang menjadi titah Tuhan dan ini sangat berbeda dengan islam sebagai ilmu.
Islam sebaagai ilmu adalah salah satu produk dari manusia yang itu bisa salah dan bisa jadi itu benar, dalam Al-Qura’an sangat banyak ilmu yang ada hubungannya dengan muamalah atau sebagainya maka dari itulah banyak para mufassir yang mencoba menafsirkan kandungaa dari Al-Qur’an tersebut sehingga menjadi sebuah sarah atau yang di Indonesia  disebut dengan kitab kuning. Pengilmuan islam atau islam sebagaai ilmu ini tidak selamanya benar dari penafsiran-penafsiran yang telah ada, karena pola pemikiran dari seseorang belum tentu sama dan ilmu itu akan berkembang sesuai perkembangan zaman.




[1] Afandiayana. Akidah Islam Sebagai Pegangan Hidup. Dalam blogspot.com. senin, 21, April, 2014, hlm.
[2]Tanpa nama. Agama islam Agama Keyakinan. Dalam http://forum.republika.co.id/showthread.php?1241-Agama-Islam-Agama-Keyakinan. Senin, 21, April, 2014. hlm
[3] Abul A’la Maududi. Dasar-dasar Iman. (Bandung, PUSTAKA, 1970), hlm. 4-5
[4] Kuntowijoyo. Islam Sebagai Ilmu. (yogyakarta, Tiara Wacana, 2006), hlm. 3
[5] Frop. Dr. H. Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.419-422

Tidak ada komentar:

Posting Komentar